Adegan awal
menampakkan Pratt (Jodie Foster) yang menunggu kereta api untuk pulang dan
sesaat diacak dengan alur maju-mundur, bergantian dengan kilasan-kilasan saat
ia menunggui jenazah suaminya di kamar mayat rumah sakit. Serasa kemudian ia
pulang bersama suaminya ke apartemen mereka hingga kemudian ia tersadar dari
ketidakrelaannya bahwa suaminya telah mati. Suami Mrs. Pratt sendiri dikisahkan
meninggal secara mendadak dan dari hasil visum dinyatakan bahwa penyebab
kematiannya adalah bunuh diri dengan cara melompat dari sebuah gedung
bertingkat. Kenyataan pahit itu membuat Mrs. Pratt harus keluar dari
pekerjaannya sebagai insinyur mesin sebuah perusahaan pesawat terbang.
Seminggu kemudian
Pratt yang tinggal di Berlin ini berencana terbang pulang ke rumah orang tuanya
di New York, bersama anak perempuannya yang berusia 6 tahun, Julia (Marlene
Lawston) sekaligus membawa serta jenazah suaminya tersebut. Awalnya, kita
diajak untuk memahami seorang wanita yang masih terguncang karena kematian
suaminya yang begitu mendadak, penyebab kematian tersebut yang diluar dugaan
dan disaat bersamaan dia harus mengurus anaknya yang juga mengalami guncangan
akibat kematian ayahnya. Masalahpun timbul ketika di dalam pesawat jumbo yang
menerbangkan mereka ke New York, Julia hilang tanpa disadari oleh Mrs. Pratt.
Setelah dicari ke sana ke mari namun tak juga ketemu, Kyle mulai panik.
Mustahil putrinya menghilang secara gaib. Pasti ada seseorang yang telah
menyembunyikannya.
Dalam paniknya,
Kyle meminta bantuan para kapten pilot (Sen Bean) yang segera memerintahkan
krunya untuk mencari Julia. Namun sayang menurut salah seorang pramugari nama
Julia tak ada dalam daftar penumpang di penerbangan itu. Konyolnya, Kyle juga
tak bisa menunjukkan bukti tiket dan boarding pass atas nama Julia. Seseorang
tentu telah mencuri darinya. Disitu mulai timbul kecurigaan bahwa Mrs. Pratt
adalah wanita yang mengalami gangguan kejiwaan karena ditinggal mati sang
suami. Pihak pesawat kemudian secara diam–diam menghubungi rumah sakit yang
menangani jenasah Mr.Pratt dan mereka mendapat informasi bahwa ternyata Julia
juga ikut meninggal karena ketika terjun dari ketinggian, ayahnya menarik
tangan Julia.
Akhirnya tak ada
seorangpun yang mempercayai Mrs. Prat dan menganggapnya gila. Bukti – bukti
keberadaan Julia di pesawat seperti tas dan bording pass juga tidak ada,
padahal Mrs. Pratt yakin bahwa ia telah menaruhnya di mantelnya. Hanya sebuah
boneka beruang milik Julia. Carson, seorang polisi udara ditugasi untuk
mengawasi Mrs. Pratt yang mulai mengganggu penumpang lainnya dan tetap
bersikeras bahwa dia naik pesawat bersama anaknya, Julia. Sebagai seorang
insinyur aeronautika, Kyle sangat paham kondisi dan isi Perut pesawat. Oleh karena itu ia yakin putrinya
pasti berada di suatu tempat tersembunyi di dalam pesawat tersebut. Maka ia
ngotot memaksa sang pilot untuk melakukan pencarian sekali lagi ke seluruh
bagian pesawat, termasuk bagasi di mana peti mati suaminya berada.
Misteri mulai
terkuak, bahwa ternyata semuanya itu hanya sebuah konspirasi jahat Carson,
seorang pramugari dan kepala ruang mayat sebuah rumah sakit di Berlin. Mrs.
Pratt baru menyadari hal itu ketika pesawat telah mendarat dan anggota FBI
telah menantinya. Kyle yang histeris karena kehilangan putrinya, dituduh
sebagai pembajak yang menginginkan uang tebusan sebesar 50 juta US
dolar.Penjahat itu berhasil meyakinkan kapten kapal untuk melakukan pendaratan
darurat di Labrador setelah ia meletakkan alat peledak di peti mati suami Kyle
di bagasi. Di situ pula ia menyembunyikan Julia. Ketegangan mulai terpercik
pada upaya Mrs. Pratt untuk memancing Carson naik kembali ke pesawat, menemukan
anaknya Julia yang dibius di ruang Avionik dan meledakkan pesawat dengan Carson
di dalamnya. Ending dibuat heroik dengan memunculkan gambar ketika Mrs. Pratt
keluar dari pesawat ditengah - tengah kepulan asap dengan menggendong anaknya
Julia yang masih tertidur pulas. Kisah sesungguhnya yang tidak pernah diduga
oleh semua lakon dalam cerita itu termasuk kapten penerbangan yang masih
mengira bahwa pembajakan pesawat dilakukan oleh Mrs. Pratt yang gila.
Karakter lain
yang menarik perhatian adalah pilot pesawatnya, Kapten Rich (Sean Bean).
Sebelumnya, sang pilot tidak mau percaya akan keyakinan Mrs. Pratt dan rasanya
puas sekali saat menyaksikan tampang merasa begitu berdosa Kapten Rich ini di
bagian akhir film....
Judul film : Flight Plan
Produksi Tahun : 2005
Sutradara : Robert Schwentke
Penulis Skenario : Peter A. Dowling, Billy Ray
Pemain : Jodie Foster, Peter Sarsgaard, Sean Bean, dll.
Produksi : Touchstone Pictures
Masa putar : 98 menit
Aku bru selesai nonton filmnya dan langsung kesini buat baca, tapi sy blum mengerti apa motivasi Carson untuk menculik Julia dan membunuh ayahnya?
BalasHapus